Wednesday, January 21, 2009

Watch 40 Movies in 80 Days : Movies#4 – FIGHT CLUB


Fight Club – “The things you own end up owning you”

Advertising has us chasing cars and clothes, working jobs we hate so we can buy shit we don't need. We're the middle children of history, man. No purpose or place. We have no Great War. No Great Depression. Our Great War's a spiritual war... our Great Depression is our lives. We've all been raised on television to believe that one day we'd all be millionaires, and movie gods, and rock stars. But we won't. And we're slowly learning that fact. And we're very, very pissed off.
-Tyler Durden-

Well, to be honest this is not the 1st time I watched Fight Club, In fact I already watched over 10 times! Dan heranya gue gak pernah bosen nonton film ini. Film ini bisa dikategoriin salah satu film faforite gue sepanjang masa, n here’s the review…

The first rule of Fight Club is - you do not talk about Fight Club. The second rule of Fight Club is - you DO NOT talk about Fight Club

Percayalah teman, semakin sedikit yang kalian ketahui mengenai Fight Club semakin nikmat kalian pada saat menontonnya, so gue gak akan buat resensi filmnya panjang-panjang..
Sebuah film dari adaptasi Novel karya Chuck Plahniuk dengan judul sama,Fight Club bercerita melalui kacamata orang pertama (Edward Norton) , seorang pekerja yang bosan dan jenuh dengan hidupnya yang depresif. Dalam usaha menghilangkan kejenuhan dan penyakit insomnia yang di deritanya dia bertemu Marla Singer(Helena Bonham Carter) dan Tyler Durden(Bratt Pitt) yang menyeretnya ke kehidupan yang benar-benar dia tidak duga dan harapkan sebelumnya…

Characters and Plot

Briliant. Satu kata yang bisa menggambarkan film ini, yang jelas semuanya dapet banget, Edward Norton sebagai narrator seorang pekerja yang depresi memainkan acting yang sangat apik, begitu pula Helena Bonham Carter sebagai Marla Singer, Cewek yang mengalami sedikit gangguan jiwa namun tetap masih bisa memberi kesan sexy dan menggoda.But The award goes to Bratt Pitt. Pitt is the Tyler Durden himself… sosok controversial sekaligus kharismatik pembentuk Fight Club. Actingnya Prima dan luar biasa, menurut gue hampir sulit dipercaya dia nggak dapet Oscar buat perannya sebagai Tyler Durden disini. Plot filmnya juga okay, kadang lambat dan mendadak berubah sangat cepat tanpa kita sadari. Benner-bener merupakan sensasi tersendiri ketika kita menontonnya.

What I thought about Fight Club

Fight Club wasn't about winning or losing. It wasn't about words. The hysterical shouting was in tongues, like at a Pentecostal Church.
-Narator – Fight Club-

Roger Ebert(Link roger ebert bisa diliat DISINI ) boleh dibilang orang yang berperan besar dalam menentukan “kiblat” film gue, sering kali sebelum nonton film gue baca dulu review yang dia buat, dan reviewnya itu bisa bikin gue pengen atau gak pengen nonton sebuah film. But, Fight Club adalah pengecualian. Roger ebert gak suka film ini, tapi gue akan kasih rating yang tinggi buat film ini.
Well gue bener-bener suka film ini, gue udah berkali – kali nonton film ini, but bener-bener ga pernah bosen buat nonton lagi. Apa yang paling menarik dari film ini? Idenya! Idenya bener-bener brilliant but in the most disturbing way, kalau meminjam istilahnya Joko Anwar adalah film yang bener-bener MindFuck! Kita mungkin nggak akan setuju sama sebagian besar ide dari film ini, termasuk menyelesaikan masalah dan mengatasi kedepresian dengan jotos-jotosan dan berbuat anarkis, tapi film ini menampilkannya secara Stylish dan pada akhirnya akan member kita penjelasan yang cukup mengenai ide-ide tersebut sehingga kita nggak ngerasa dibodohi. So terlepas dari bisa nggaknya kita nerima ide yang mau disampaikan Fight Club merupakan film berkategori : “MUST SEE” menurut gue.

Rate:


4 movie down 36 to go
Day : 9/80

Watch 40 Movies in 80 Days : Movies#3 - Revolutionary Road

Revolutionary Road – GOOD life or GREAT life?

Okay, akirnya gue bisa nge review film yang bener-bener gue rencanain sebelumnya buat di review. So here’s the review…

Suburban Depression

Film nya bercerita tentang Frank (Leonardo Di Caprio) dan April ( Kate Winslett) pasangan suami istri yang tinggal dikawasan sub urban revolutionary road, Frank bekerja sebagai script writer iklan dan sangat membenci pekerjaannya. Sementara April wanita yang memiliki banyak mimpi akan hidup bahagia dan kehidupannya sekarang yang membosankan hanya sementara. Kedua pasangan ini memutuskan untuk pergi meninggalkan amerika untuk pergi ke Paris dimana April bisa bekerja sebagai sekertaris kedutaan dengan bayaran memuaskan dan Frank dapat mengejar impiannya di dunia seni. Namun , April’s unwanted pregnancy, Di promosikannya Frank dan ketakutan Frank untuk keluar dari comfort zone mereka membuat segalanya makin rumit dan depresif.

Characters and Plot

Kate and Leo adakah pasangan emas di Film Titanic dan berperan cukup besar mengganjar film itu 11 oscar sekaligus menjadikannya salah satu film tersukses dalam sejarah. So chemistry antara keduanya gak perlu di ragukan lagi, Kate and leo juga beracting sangat baik di dalam film ini. Sangat meyakinkan dan membuat kita seolah- olah dapat merasakan bagaimana kedepresifan hidup mereka waktu itu. Sam Mendes kembali menunjukan sentuhan emas nya di film ini setelah dengan brilian membuat “American Beauty”, Plotnya memang berjalan cenderung lambat namun dengan lambatnya plot tersebut kian membuat efek depresinya kena dan berasa. Pengambilan gambar pun dilakukan secara stylish dan artistic.

What I thought about this Movie

Gue suka film ini, bener-bener penyampaiannya kena dan didukung sama chemistry yg bagus antara winslett dan dicaprio. Tapi diatas itu semua yang paling gue suka adalah ide dari cerita ini. Meskipun setting filmnya adalah tahun 1950-an gue ngerasa bahwa masalah yang diangkat film ini juga terjadi dikehidupan kita sekarang, Soal gimana impian dan harapan kita pelan – pelan terkikis karena beratnya hidup yang harus kita jalani, mulai dari rutinitas hidup yang membosankan sampai masalah –masalh disekitarnya terutama masalah ekonomi. Terus juga masalah sering kali kita jadi takut untuk keluar dari comfort zone kita untuk mengejar impian dan harapan kita itu. Semua itu di gambarkan secara stylish oleh Sam Mendes di film ini dan menyadarkan kita seringkali lebih memilih a Good life,yaitu kehidupan dimana kita sangat berkecukupan secara duniawi namun belum tentu kita benar- benar menginginkannya. Dan akhirnya kita mencoba mencintai hidup kita yang seperti ini dengan membuat justifikasi justifikasi seperti yang dilakukan Frank ketika dia mencoba untuk membatalkan keberangkatan keluarga mereka ke Paris dengan beralasan bahwa April sedang hamil dan dia dapat promosi di kantornya. Ketimbang kita memilih GREAT life yaitu hidup sesuai dengan kata hati, hidup dimana kita lah nahkoda buat diri kita sendir. So which one do you prefer : Good life or Great Life? :p

Rate :

3 movie down 37 to go
Day : 6/80

Thursday, January 15, 2009

Watch 40 Movies in 80 Days : Movies#2 – Forgetting Sarah Marshall

Forgetting Sarah Marshall – Don’t have to worry you can forget Sarah Marshall very easy


Back again on my review, sekali lagi gue nge-review film yang nggak gue rencanain mau gue review, hari senin kemarin gue gak bisa tidur, so gue nonton film apa aja biar gak ngantuk, pilihan gue jatuh ke Forgetting Sarah Marshall soalnya gue gak mau nonton film berat( karena itu dah malem banget) dan mau film yang “ tinggal telen aja” ditambah lagi tulisan di cover dvdnya yang bilang “ From the guy who brought you 40 years old virgin and SuperBad” . So here’s the review…

Romantic Disaster Comedy

RollingStone menyebut film Forgetting Sarah Marshall is a Romantic disaster Comedy Movie. Well gue rasa ini bener. Ceritanya soal Petter Breeter ( Jason Segel) yang menjalin hubungan 5 tahun dengan Sarah Marshall(Kristen Bell)(Yup!! she’s Elle, our lovely lightning girl in HEROES) aktris terkenal dari serial TV CSI look a like ( Suerr gue lupa nama acaranya, panjang bener kayaknya). Dan tiba-tiba diputusin karena Sarah jatuh cinta dengan penyanyi eksentrik Aldous Snow (Russell Brand). So untuk melupakan sakit hatinya Breeter memutuskan untuk pergi berlibur ke Hawaii, namun apa lacur disana dia bertemu dengan Sarah dan Aldous kekasih barunya. Dibumbui dengan kejadian kejadian konyol dan adanya cameo pasangan yang sedang mencari tau “ the Myth of the Clitoris” serta resepsionis cantik dan baik hati Rachel( Mila Kunis) yang mau membantu Breeter melupakan sakit hatinya menjadi daya jual utama film ini.

Character and Plot
Ide cerita di film ini sudah dikemas dengan cukup baik sebagai sebuah film yang menghibur dan memiliki humor slangkangan yang meski cenderung vulgar but still acceptable. Jason Segel sendiri sebagai pemain utama menyuguhkan acting yang lumayan, ekspresi dan pembawaanya sangat mengena disetiap situasi, Mila Kunis Sebagai Rachel pun sangat mencuri perhatian disini. Namun sayang itu semua nggak dibarengi sama acting yang baik dari Kristen Bell. Bell seperti clueless memainkan perannya sebagai sarah marshall, sangat tidak ekspresif dan seling salah gaya. Kemana Kristen Bell yang Jadi Elle di heroessangat ekspresif itu? ( tunggu sampe adegan dia mencoba merayu kembali breeter that’s the ultimate acting disaster of her) Kelas acting yang ditunjukan gak beda jauh sama artis2 karbitan di sinetron- sinetron Indonesia (umm okay, berlebihan analoginya. sedikit lebih bagus lah, but still in the same league)

What I thought about this Movie
Gue Suka ide awal dari film ini, tapi sayangnya pengaplikasian dalam film ini cenderung terkesesan dipaksakan. So hampir gak ada adegan yg bener-bener berkesan buat gue. Kecuali Kristen Bell yang memerankan sarah marshall semuanya beracting cukup baik semua karakter yang mereka mainkan dapet feelnya. Slapstick Jokesnya pun meski ada dibawah 40 years old virgin dan Superbad cukup orisinil.
Buat kita yang suka film-film dengan slapstick lengkap dengan selangkangan jokes nya mungkin film ini akan cukup menghibur tapi tidak akan memorable seperti American pie atau 40 years old virgin, but nothing special but this movie and like I said in the tagline.. you can forget it very easy….very very easy.

Rate:

2 movie down 38 to go
Day : 3/80

Watch 40 Movies in 80 Days : Movie#1 – Bed Time Stories

Bed Time Stories - Another Disney's Guilty Pleasure


Benernya gue udah ngerencanain bikin review film yang lain buat 1st review gue disini. Tapi hari minggu kemaren gue sempet nonton Bed Time Stories, So ya udah sekalian reviewnya....

From zero to hero

Bed Time Stories, Seperti film disney pada umumnya ditunjukan sebagai fil keluarga. Masih menggunakan 2 Formula "Oldie But Goldie" andalan Khas film - film Disney : "Dreams Do Come True" and " Everything will end happilly ever after"
Film ini bercerita tentang Marty Bronson mengelola sebuah motel bersama kedua anaknya wendt dan skeeter. Sayangnya Marty tidak memiliki "sense of business" sehingga harus menjual Hotelnya kepada developer hotel ambisius dan Clean freak Barry Nottingham.
Marty berharap bahwa anaknya skeeter akan menjadi pengelola hotelnya, namun bertahun - tahun kemudian skeeter(Sandler) bekerja di hotel tersebut hanya sebagai teknisi. Jadi ketika kakaknya Wendy (Courney Cox) meminta dia menjadi pengasuh bagi kedua anaknya selama seminggu ketika dia harus keluar kota, Skeeter melampiaskan unek-unek akan nasibnya melalu cerita sebelum tidur kepada para keponakannya. Dia memakai perumpamaan mulai dari Yunani kuno, koboi sampai ala Starwars, namun ketika "Cerita tambahan " yang ditambahkan oleh para keponakannya benar- benar terjadi di kehidupan nyata, Skeeter menganggap mereka adalah cara untuk menuju ke sukses instan dan mencapai apa yang dia inginkan , yaitu menjadi pengelola hotel yang baru dan mendapatkan hati cewek model yang super bitchy anak dari barry nottingham. Namun ternyata harga dari kesuksesannya adalah penggusuran atas sekolah dari para keponakannya dan membuat Jill(Keri Russell) guru yang memebantu Skeeters Mengasuh kedua keponakannya kehilangan pekerjaan. So Skeeters need brings his storytime heroics into the real world...

Oldie but Goldie

Adam Sandler sendiri bermain sebagai karakter persis seperti dia memerankan Sony kouvac di Big Daddy, orang dewasa yang slengean, cenderung gak bertanggung jawab, anti sosial, pemalas namun digambarkan meiliki hati yang tulus. Karakter khas yang selalu bisa diperankan Sandler dengan baik dengan jokedan mimik khasnya.Namun terlepas dari itu semua dari sisi akting kualitas adam sandler bisa dibilang biasa saja klo gak mau dibilang buruk di film ini. Kenapa? Karena dia hanya bermain sebagai karakter yang itu-itu saja di hampir disemua filmnya..Tidak ada pengeksplorasian karakter lain, so kita akan menemukan Sandler yang sama seperti yang kita temukan di Wedding Singer, Mr Deeds, Big Daddy, Click Sampe Zohan!( get out from your convert zone Sandler!), Acting actor dan aktris pendukung lainnya juga tidak punya acting yang lebih baik (meski tidak jelek) semuanya cenderung datar dan biasa aja.
Ending filmnya sendiri pun so predictable. Gue Cukup yakin hampir sebagian besar dari kita udah bisa nebak gimana akhir dari film ini, relatif gak ada kejutan di akhirnya... sangat2 disney trademark ending bisa dibilang. Tapi yah itu meski acting para pemainnya hanya berkualitas rata-rata dan ending nya sangat predictable itu-itu saja. Sekali lagi Disney membuktikan bahwa formula ajaib mereka never fail, mereka membuktikan bahwa dengan sedikit imajinasi khas Disney disana – sini sebuat plot line berumur puluhan tahun bisa dibuat ke berlusin-lusin Film dan scenario dan tetap bisa menghibur para penonton dan mendatangkan keuntungan.

What I thought about this movie

Menurut gue film ini gak ada beda sama enchanted. Formulanya pada dasarnya sama cuman ditambah sedikit bumbu disana – sini, Voila! Bed Time Stories jadi. Gue Kategoriin film ini sebagai “guilty pleasure” buat gue, soalnya meski nothing special about the plot, acting and the ending gue masih aja mau dan gak keberatan nonton film- film kayak gini! Yeah, Disney Jarang banget fail dalam ngeramu “Dreams Do comes true dan Happily Ever After formula”, Selalu ada perasaan seneng kalo nonton film-film model begini, dan sometimes its gives us hopes buat berharap dapet hidup yang lebih baik.
Jangan pernah berharap disuguhi sebuah film memukau caliber Oscar atau golden globe waktu menonton film ini. Meski film ini lebih cocok buat anak-anak ,but asal kita bisa menerima konsep formula emas Disney kita akan merasa enjoy menonton film ini dan film-film sejenis ini selanjutnya akan selalu menarik pantat kita buat duduk dibioskop buat nonton..

Rate :




1 Movie Down 39 to go
Day : 1/ 80

Watch 40 Movies in 80 Days : Introduction

Inkonsistensi.
Rasanya Kata ini selalu menjadi musuh besar dalam ngejalanin hidup gue. Udah gak keitung kayaknya niat gue yang gagal ditengah jalan gara2 ini. malem tahun baru kemarin seperti biasa gue bikin resolusi buat hidup gue paling nggak di satu tahun kedepan, tapi resolusi gue taun ini agak beda. Gue mau mewujudkan "mimpi2" gue tahun2 sebelumnya, tapi sebelumnya gue mesti memerangi inkonsistensi kronis yang ada di gue.
This idea was come out of nowhere.....gue lagi duduk2 setengah ngantuk di dalem kereta waktu gue tiba2 kepikiran buat nulis ini. Dari jaman gue masih pake celana kodok(well, gue lupa kapan tepatnya itu) gue selalu terobsesi nulis sebuah buku. Tapi sayangnya gue nulis paling top juga cuman sebuah essay atau cerpen. Yang gue mau lakuin ini benernya cukup simpel karena nggak mengharuskan gue menulis sebuah buku, tapi rasanya cukup ampuh buat jadi. Langkah awal gue dalam memerangi si inkonsistensi ini.
So here's the thing I wanna do : sudah lama gue ngefans berat sama dewi lestari, gue terkagum-kagum sama terobosan beraninya menuangkan cerita gimana waktu dia membuat manuskrip "perahu kertas" di dalam sebuah blog (Blognya Dee bisa diliat DISINI ) menurut gue langkah yg pinter sekaligus nekat karena apa jadinya kalo perahu kertasnya gagal? Tapi yah itu, gue sedih, deg-degan sampe ikut seneng ngebaca apa yg dia tuangin di blognya itu. So terinspirasi dari tindakan brilian sekaligus nekatnya di blog itu gue juga mau melakukan "self experiment" kayak gitu dan mempublish apa yang akan gue lakukan disini.... Gue bertekat mau membuat review2 film yang memiliki pengaruh dalam hidup gue baik itu in a good way or in a bad way.akan ada 40 film yang akan gue review..tapi gak cuma itu. Gue mau ngelakuin review ini selama 80 hari so kalo dirata2 dalam 2 hari harus ada 1 film yg gue tonton...
Perjalanannya akan dimulai hari selasa nanti tanggal 13 januari 2009 so will I gonna make it?